Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Pulang (2)

Pulang (1) Fania tampak begitu anggun dalam balutan gaun pengantin putihnya. Wajah cerianya tersapu make-up maksimal yang membuatnya jadi semakin cantik. Di mataku, Fania memang selalu terlihat sempurna. Sebagai seorang perempuan aku akui tidak pernah melihat seseorang secantik Fania. Dia cantik karena wajahnya, dia juga menawan karena sikapnya dan yang paling penting dia bisa memikat siapa saja dengan hatinya yang selapang lautan. Tegakah aku merusak kesempurnaan itu dengan perasaanku yang tidak pada tempatnya? "El, bantuin pasangin kancing belakang gaun gue lagi dong," suara Fania membuyarkan lamunanku tentangnya. Di depanku, dia menyodorkan punggung untuk kututup dengan gaun indahnya. Aku mengusap punggung itu sekilas sebelum menuruti permintaannya. Ini sudah ketiga kalinya Fania minta dipasangkan kancing gaun pengantin yang bertengger di sepanjang punggung itu. Dia mengaku sangat gugup sehingga tidak bisa menahan panggilan alam untuk pergi ke toilet. Alhasil aku

Saat suka berwarna duka

Aku tidak pernah mengambil keputusan tanpa pertimbangan. Tidak serta merta melihat lalu aku luluh dan tidak hanya dengan mendengar aku pertaruhkan hidupku. Aku bulat karena sikapmu. Aku yakin karena ucapmu selalu manis. Aku pasrahkan masa depanku karena kamu adalah segalaku. Seiring dengan berjalannya waktu, kita bersama. Kita banyak lewati pahit dan kelam karena bahagianya tak perlu kusebut. Namun ketidaksepahaman ini lama-lama membelenggu, seperti ingin berlari tapi terikat. Aku dan kamu, dua elemen menjadi satu, membentuk apapun yang dinamakan cinta. Tapi kini cinta itu tak lagi sama. Saat kita berjalan menuju ujung jembatan yang hampir habis terbakar, mengejar kita yang tak tahu arah. Aku ingin sekali menarikmu tapi kamu tak pernah mendekat. Saat kamu mencoba menjangkauku aku tak suka dan menjauh. Dalam hitungan bulan hubungan ini akan berubah. Tapi kita tak tahu, kita ini apa....?
Mendungku tak lantas jadi hujanmu. Ucapku tak disertai langkah. Kemana ku harus menuju jika kau tetap berpaling? Sementara tegakku tak pernah tersambut. Bisikku hanya terbalas semu. Bukankah hati serupa tangan terulur? Namun hampa. Tertutup. Lalu terbuka. Kupu-kupu hinggap. Cicipi madu itu. Manis. Mengapa dia tahu rasanya aku tidak?