Jauh sebelum
Dear you, my favorite mistake.
Akan lebih mudah bagiku
melupakanmu jika kamu berada jauh dari jangkauanku.
Akan lebih mudah bagiku
menata perasaanku jika tak ada kamu di sisiku.
Jika kamu terus di sini,
di sisiku, memesonaku sedemikian rupa, maka jangan salahkan aku jika aku tak akan
pernah bisa berhenti mengharapkanmu.
Jika kamu terus di
sini, di sisiku, mengikat hatiku lagi, jauh lebih erat, jauh lebih dalam, pada
hatimu, maka usahaku untuk sampai pada titik sekarang akan berakhir sia-sia.
Mengapa kamu kembali,
jika hanya untuk membuat luka yang sempat mengering, kembali basah?
Tidak tahukah kamu
bahwa aku begitu menginginkanmu?
Kamu yang telah lama
kukenal, kuselami hatinya, sampai kutemukan cinta tulus di dalamnya.
Kamu yang selalu membuatku
terbiasa dimiliki dan memiliki.
Kamu yang dulu pergi dan
membawa segalanya dariku.
Termasuk hatiku. Seberapa
kuatpun aku mempertahankannya, tetap saja kamu membawanya pergi…
Apa jika sekarang aku
memohon pada Tuhan, Dia akan mendengarku?
Apa jika kukatakan aku
begitu menginginkanmu untuk kumiliki, Dia akan memberikannya?
Apa jika aku mengakui
bahwa aku jatuh cinta lagi padamu—satu-satunya cinta dalam hidupku—Dia akan membalikkan
hatimu sehingga membuatmu merasakan hal yang sama padaku?
Komentar
Posting Komentar