And even after all the pain he put me through, I still love him. I really do.
Hujan dan Dia
Aku benci hujan. Aku benci keadaan dimana aku harus merasakan tanah basah di bawah sepatuku dan cipratan air yang mengotori pakaianku. Aku benci saat segala bentuk pencegahan yang kupakai dibawah guyuran air hujan, malah semakin memperburuk keadaan. Payung yang kupakai kadang malah sudah rusak terbawa angin bahkan sebelum aku sampai di tempat tujuan. Jas hujan yang paling tebal sekalipun tidak banyak membantu, aku tetap saja kebasahan. Tapi dia berbeda. Dia yang kukenal, sangat menyukai hujan. Hujan mengantarkanku pada dimensi waktu yang berbeda. Kamu tahu? Waktu seakan berhenti saat aku mencoba menantang hujan dengan cara menengadahkan wajah ke langit. Itu yang pernah ia katakan padaku. Konyol, balasku saat itu. Bukankah menyakitkan, menantang air hujan yang turun begitu keras ke bumi dengan wajah yang menengadah ke langit? *** “Kamu ngapain sih hujan-hujanan begitu? Kayak anak kecil tau, nggak!” omelku saat lagi-lagi Rasya datang ke rumahku dengan pakaian basah kuyup...
Komentar
Posting Komentar