Pulang (2)
Pulang (1) Fania tampak begitu anggun dalam balutan gaun pengantin putihnya. Wajah cerianya tersapu make-up maksimal yang membuatnya jadi semakin cantik. Di mataku, Fania memang selalu terlihat sempurna. Sebagai seorang perempuan aku akui tidak pernah melihat seseorang secantik Fania. Dia cantik karena wajahnya, dia juga menawan karena sikapnya dan yang paling penting dia bisa memikat siapa saja dengan hatinya yang selapang lautan. Tegakah aku merusak kesempurnaan itu dengan perasaanku yang tidak pada tempatnya? "El, bantuin pasangin kancing belakang gaun gue lagi dong," suara Fania membuyarkan lamunanku tentangnya. Di depanku, dia menyodorkan punggung untuk kututup dengan gaun indahnya. Aku mengusap punggung itu sekilas sebelum menuruti permintaannya. Ini sudah ketiga kalinya Fania minta dipasangkan kancing gaun pengantin yang bertengger di sepanjang punggung itu. Dia mengaku sangat gugup sehingga tidak bisa menahan panggilan alam untuk pergi ke toilet. Alhasil aku